Mohon Maaf Kepada Seluruh Pembaca, Karena Kesibukan Admin Blog Ini Jadi Jarang Update. Insyaallah Kedepannya Akan Lebih Sering Update Demi Kelangsungan Dakwah.
________________

Rabu, 16 Juni 2010

Penyebab-penyebab Futur : Terkena Penyakit Mantiq Tabriri (Suka Mengkambing Hitamkan Orang Lain)

Penyakit berbahaya ini berkembang luas akhir-akhir ini. Suatu hal yang sangat memprihatinkan adalah para penderitanya acap kali mengkambing hitamkan para du’at (pendakwah) dan ahli agama. Ia berkata: “Aku jatuh sakit tapi tidak seorangpun datang menjengukku. Aku menghilang beberapa waktu namun tidak ada yang menanyakan perihal diriku!”

Dimanakah manhaj (para pendidik)? Dimanakah mutaba’ah (para guru)?

Kesibukan-kesibukan… tekanan-tekanan… fitnah-fitnah… dan seabrek problematika… tidak ada seorangpun yang mau tahu nasibku, tidak ada seorangpun yang menyemangatiku, tidak ada seorangpun yang menanyakan keadaanku! Dan seterusnya dari sederet daftar panjang berisi alasan tak bermutu dan sebab-sebab yang lemah.

Wahai saudaraku:

Marilah kita singkirkan dulu persoalan-persoalan yang tidak substansial dalam hidup kita. Marilah kita jauhkan penyakit suka mengkambing hitamkan orang lain ini. Yaitu melemparkan kesalahan kepada orang lain dari kegagalan yang kita alami. Marilah kita curigai diri kita sendiri dulu. Marilah kita pikul tekad kita sendiri agar tekad kita bertambah tinggi. Marilah kita berlaku jujur terhadap Allah agar azam kita bertambah kuat, sungguh tidak akan merugikan kita sedikitpun orang-orang yang menyelisihi kita.

Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata: “Sesungguhnya jumhur manusia itulah yang memisahkan diri dari jama’ah. Al-Jama’ah adalah apa-apa yang bersesuaian dengan kebenaran walaupun engkau seorang diri.”

Engkau lihat seorang akhwat mengenakan busana muslimah syar’i, apabila engkau katakan kepadanya: “Mengapa engkau tidak memakai cadar?” Ia akan menjawab:”Aku memang tidak pakai cadar, karena akhwat-akhwat yang bercadar berbuat hal-hal yang tak sejalan dengan nilai-nilai agama. Sebaliknya, justru wanita-wanita yang tak berbusana muslimah justru hati mereka lebih bersih dan lebih suci.”

Apa urusanmu dengan amal perbuatan orang lain?! Bercadarlah engkau karena itu wajib atasmu, dan jadilah contoh yang baik bagi mereka, niscaya mereka akan melihat contoh yang baik bagi wanita-wanita yang bercadar!

Jika engkau katakan kepada seorang lelaki yang mencukur jenggotnya: “Mengapa engkau tidak memelihara jenggotmu?” Ia akan menjawab: “Orang-orang yang berjenggot sikap dan perilakunya lebih buruk daripada orang-orang yang mencukur jenggotnya.”

Mengapa anda tidak memelihara jenggot? Peliharalah jenggot dan jadilah anda contoh yang baik!

Seorang yang meninggalkan shalat jama’ah, apabila engkau katakan kepadanya: “Mengapa engkau meninggalkan shalat jama’ah?” Ia akan berkata kepadamu:”Tidak ada seorangpun yang menanyakan tentang keadaanku ketika aku hadir atau tidak hadir.”

Sesungguhnya penyakit ini merupakan musibah zaman sekarang. Karena apabila seorang insan terkena penyakit ini maka ia akan melemparkan celaan kepada orang lain. Akibatnya, ia tidak akan berhasil dan tidak akan sukses. Sesungguhnya kita harus menasehati saudara kita yang terkena penyakit ini, kita harus menegurnya. Teguran ini mesti kita sampaikan kepadanya, sebab kita tidak rela menyerahkannya kepada setan.

Sesungguhnya aku katakan ini kepada engkau wahai saudaraku, dengan senjata apakah engkau melukai orang lain setelah engkau cabut senjata dari sarungnya kemarin, apakah engkau memperdaya dirimu sendiri? Bagaimana bisa engkau melihat debu di mata sahabatmu sementara bukit di depan matamu engkau tidak dapat melihatnya? Engkau hitung kesalahan-kesalahan kecil orang lain yang mana tidak ada seorang mujtahidpun yang terlepas darinya. Kalaulah kami mau menyebutkan kekuarangan demi kekuranganmu niscaya kami akan menyebutkannya. Tujuan kami bukanlah untuk memuaskan kehendak hatimu. Namun kami hanya mengatakan bahwa kebiasaan tersebut telah menjangkitimu ketika kamu menyelisihi kami. Dan sekarang, alangkah baiknya bila kamu berhenti dan menerima perkataan pembimbing dan orang yang memberi nasihat. Tidakkah engkau lihat wahai saudaraku fitnah yang menimpa dirimu tersebut? Marilah kepada kami…… kepada hidayah yang kami bawa.

Tidakkah engkau lihat fitnah yang menimpa dirimu? Mengurangi jumlah orang-orang multazim (taat), melemahkan pondasi para du’at, mengahncurkan kekuatannya dan membuat gembira musuh-musuhnya.

Saudaraku, mari dan renungilah keadaanmu. Sungguh aku mengingatkanmu kepada Allah. Kembalilah kepada-Nya dan tinggalkanlah hawa nafsu. Percayalah, setelah kamu mengikat diri dengan ketaatan, nilai dunia tidak lebih berat dari sepasang sayap nyamuk bagi orang yang bijak yang merasakan lezatnya mentaati Allah, bersungguh-sungguh dan beramal karena-Nya. Bersabar karena Allah dan meninggalkan sesuatu karena Allah. Adakah engkau lihat kenikmatan pada duniamu? Engkau lupa bahwa kenikmatan itu semu. Apakah engkau kira kenikmatan dunia itu mencukupi, padahal tak lama lagi akan hilang. Apakah engkau kira kenikmatan it menjadi tangga menuju kedudukan yang tinggi? Karena engkau lupa kisah orang-orang yang hina. Adakah sesuatu dari dunia ini yang bisa dipercaya? Demi Allah tidak ada! Kita semua sama-sama tahu tentang kebohongan-kebohongan itu! Engkau juga tahu rendahnya dunia yang engkau kejar itu. Namun engkau terus mengejarnya padahal yang engkau kejar itu hanyalah fatamorgana, dunia yang fana. Sesungguhnya orang-orang yang hidup di dunia ini yang tujuannya semata-mata hanyalah memuaskan syahwat dan ambisi, mereka itu bagaikan hewan ternak yang tidak tahu darimana mereka berasal dan kemana mereka akan pergi?

Kita semua tahu kebohongan-kebohongan itu, sungguh itu hanyalah kebohongan-kebohongan belaka. Akan tetapi setan yang terlaknat menggambarkan kepadamu seolah-olah masalah ini lebih ringan daripada yang engkau duga. Siapa saja yang menipumu dan membuatmu bermalas-malasan di rumah maka telah nyatalah kebohongannya atas dirimu. Bertaubatlah, niscaya engkau dapati pintu taubat dari Rabb-mu terbuka luas. Semua jenis ibadah adalah anak tangga bagi siapa saja yang ingin naik. Berlindunglah kepada Allah wahai saudaraku dari fitnah-fitnah. Mintalah nasihat dari orang-orang bijak. Bersihkanlah niatmu dari kotoran-kotoran dan noda yang melekat. Bertakwalah kepada Allah ketika engkau marah, jauhilah takwil-takwil yang menjebakmu dalam kesalahan. Bukalah pintu maaf selebar-lebarnya. Jagalah rahasia dan privasi dalam menasihati ikhwah, para du’at dan guru pembimbing. Jika engkau melihat satu kesalahan berilah nasihat, jangan dibiarkan. Jadilah engkau yang terbaik dan berusahalah menjaga keselamatan dirimu. Lihatlah aib dan kekurangan dirimu. Lihatlah sisi kebenaran para du’at jika ada seseorang yang mengingatkanmu kepada kesalahan-kesalahan mereka. Katakanlah: “Ya Allah, ampunilah aku dan ampunilah mereka.”

Uruslah aib dirimu dan perbaikilah. Tahanlah diri dari perdebatan, persekongkolan, dan pengkhianatan. Jagalah pendengaranmu dari mendengarkan caci maki. Ambilah ibrah dari sejarah, ambilah ibrah dari perjalanan orang-orang sebelum kamu. Ambilah ibrah dari penjelasan syariat tentang besarnya dosa orang yang berbalik kebelakang sesudah hijrah (dari maksiat kepada ketaatan). Sesungguhnya siapa saja yang berhijrah kemudian meninggalkan hijrah dan kembali kebelakang adalah dosa besar dalam pandangan syariat.

Saudaraku, sungguh-sungguhlah dalam kejujuran. Janganlah berdalih dengan kesalahan orang-orang terdahulu. Ketahuilah bahwa Allah tidak memperbaiki amalan orang-orang yang merusak. Jauhilah tabiat manusia akhir zaman. Takutlah kepada kutukan bumi dan orang-orang yang beriman terhadap bahaya wanita. Kalau tidak kami akan meninggalkanmu dan engkau tercatat sebagai pelopornya. Dan pelopor suatu keburukan amatlah tercela.Janganlah menggerutu terhadap tabiat yang engkau miliki. Sesungguhnya yang lebih dulu senang dengan suatu tabiat adalah orang yang menjalaninya.

Benar wahai saudaraku, anggaplah aku orang yang takut, demi Allah aku takut engkau mencoba keterlantaran yang engkau rasakan itu. Cobalah dan tanyakanlah kepada orang-orang sebelum kamu tentang fitnah dan kemunduran itu, pasti engkau tidak mendapati kecuali kekerasan, kehancuran atau menjadi mubtadi’ (ahli bid’ah).

Sungguh yang aku sampaikan kepadamu ini adalah kata-kata orang yang sudah berpengalaman, suka memberi nasihat lagi terpercaya. Demi Allah, engkau tidak akan mendapatkan pengganti selain kami, demi Allah engkau tidak akan mendapatkannya. Coba dan carilah dengan sungguh-sungguh, niscaya engkau tidak akan mendapatkan pengganti selain kami.

Saudaraku, tidakkah cukup bagimu berjalan diatas jalur yang mudah dan bercahaya? Akan tetapi engkau lebih memilih memikul beban yang berat-berat. Engkau paksakan dirimu melalui jalan yang tidak perlu engkau lewati. Sungguh ini adalah kata-kata nasihat terakhir yang aku sampaikan kepadamu.

Kemudahan adalah jalan yang paling mudah
Tinggalkanlah jalan yang berat mendaki
Jagalah lisanmu niscaya kamu selamat
Sungguh cukuplah apa yang sudah terjadi
Aku telah menasihatimu maka sungguh-sungguhlah
Engkau bebas menentukan pilihanmu


Bagaimana aku bisa menggambarkan bagaimana perasaanmu, seperti perasaan yang dialami oleh Ka’ab bin Malik r.a. ketika tertinggal dari peperangan. Ia berkata: “Apabila aku keluar menemui manusia setelah Rasululllah saw. keluar berperang, aku berkeliling di tengah-tengah mereka, sungguh hal itu membuatku sedih. Aku tidak melihat kecuali orang-orang yang tenggelam dalam kemunafikan.”

Aku khawatir (demi Allah) di akhir perjalanan engkau mendapati dirimu berada di tengah-tengah manusia, tidak engkau dapati di sekelilingmu kecuali orang-orang yang tenggelam dalam kemunafikan.

Bertaubatlah, kembalilah dan ambilah ibrah serta amalkanlah nasihatku ini. Niscaya engkau akan sembuh dari penyakit suka mengkambing hitamkan orang lain ini. Itulah obat kesembuhan penyakitmu ini dengan izin Allah SWT.

Hai orang-orang yang terusir dari pintu, hai orang-orang yang tertutup hijab, sekiranya engkau melaksanakan janji-janji kami niscaya engka tidak akan kami bidik dengan panah kami. Kalaulah engkau menunjukkan kepada kami air mata penyesalan niscaya kami maafkan apa yang sudah berlalu.

Hai orang yang tersesat hatinya, carilah kembali hatimu di tempat pencaharian. Hai orang yang tersesat hatinya, carilah seperti orang yang kehilangan mencari barangnya. Carilah di tempat-tempat pencaharian. Orang yang kehilangan tentu mencari di tempat-tempat berkumpul. Carilah hatimu di majlis-majlis ilmu.

Kami datang kepadamu untuk mencari hatimu kembali. Carilah bersama kami mudah-mudahan kita menemukannya. Carilah hatimu di majlis-majlis ilmu. Jika tidak engkau dapati maka ziarahilah kubur…


-Nasihat Muhammad bin Husein Ya’qub dalam kitab Min Asbaab al-Futuur wa ‘Ilaajuhu

Ditulis ulang oleh: Mahib ats-Tsaqib al-Qeis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Komentar