Mohon Maaf Kepada Seluruh Pembaca, Karena Kesibukan Admin Blog Ini Jadi Jarang Update. Insyaallah Kedepannya Akan Lebih Sering Update Demi Kelangsungan Dakwah.
________________

Rabu, 29 September 2010

Penyebab-penyebab Futur : Terkena Ghurur (takjub terhadap diri sendiri)

Salah satu dampak dan akibat buruk dari suatu fitnah ialah kemunduran dan berbalik arah kebelakang, suatu penyakit akut yang menghapus semua amalan dan pahala para pemuda dan berakibat kemalangan yang menyedihkan. Ialah penyakit ghurur (takjub terhadap diri sendiri) serta gila popularitas. Barangsiapa yang terkena penyakit ini maka pada hakikatnya ia telah tertipu, takabbur, dan takjub dengan dirinya sendiri. Penyakit ini biasanya akan menyerang ketika ia telah mulai taat menjalankan ibadah dan agama namun hatinya belum lagi bersih. Sehingga ketaatannya itu membuat ia sendiri menjadi takjub terhadap dirinya sendiri. Maka hendaknya ketika seseorang akan memulai perjalanan hendaklah ia mereparasi hatinya terlebih dahulu (tazkiyatun nufs). Sebab jika tidak, maka saat ia mulai taat namun hati dan jiwanya tidak bersih maka ketaatannnya itu justru akan membuatnya tertipu dan mengeraskan hatinya.

Rasulullah saw. bersabda (yang artinya) :
“Perumpamaan ilmu dan hidayah yang Allah utus aku dengan membawanya seperti hujan yang lebat menyirami bumi.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 79 dan Muslim no. 2282)

Apabila hujan itu justru jatuh ditanah yang diatasnya tumbuh buah maja, maka akan menambah pahit buah tersebut. Sebagaimana firman Allah SWT:

“Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?" Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.” (QS. At-Taubah: 124-125).

maka apakah ia yang dapat menambah keimanan atau justru menambah kekafiran tersebut?

Ayat Qur’an dapat menambah keimanan bagi orang yang beriman, dapat menambah kesombongan orang yang sombong, dan juga dapat menambah rasa ujub bagi orang yang ujub. Baru saja ia belajar sepatah dua patah kata dalam ilmu ushul fiqih, namun ia sudah berani takabbur terhadap ulama.

Ghurur ialah suatu penyakit dan setiap penyakit pastilah mempunyai sebab. Maka ghurur mempunyai sebab-sebab yang dapat menjatuhkan seorang du’at atau ahli ibadah dalam parahnya penyakit ini. Sebab-sebab itu ialah:

1. Pujian dan Sanjungan


Banyak kita temui apabila kita bertemu dengan orang lain maka orang tersebut memanggil kita dengan sapaan seperti, “Wah pak ustad, apa kabar? Subhanallah, kalau saya berjumpa denganmu saya merasa keimanan saya jadi bertambah.”
Ucapan seperti ini akan menumbuhkan bibit-bibit ghurur dalam hati kita yang dipanggil.
Rasulullah saw mengenai perkara pujian bersabda ketika beliau melihat seorang lelaki memuji rekannya dihadapan Nabi saw (artinya):

“Engkau telah membinasakannya atau engkau telah memutus punggung orang ini.” (Muttaaqun ‘alaihi. HR. Bukhari no. 2663 dan Muslim no. 3001)

Dalam riwayat lain disebutkan:

“Celaka kamu, kamu telah memenggal leher temanmu.” (Ibid)

Katakanlah tidak kepada orang yang suka mengumbar pujian. Rasulullah saw. pernah bersabda:

“Lemparkanlah tanah ke muka orang yang suka mengumbar pujian.” (HR. Ahmad no. 23312 berasal dari shahih Muslim no. 3002)

Pujian ialah salah satu penyebab ghurur. Orang yang dipuji bisa saja tertipu dengan pujian yang ternyata dilontarkan oleh orang-orang munafik yang mempunyai maksud buruk disetiap pujiannya dan meninggikan hati orang yang mereka puji.. Pujian akan membuat hati ini lemah sementara itu fitnah akan datang dengan cepatnya kehadapan kita.
Pujian memang baik, ibarat bumbu masakan, melezatkan dan menambah selera yang memakannnya. Namun jika bumbu masakan itu terlalu banyak justru akan membuat masakan tersebut rusak dan menjadi pahit. Maka itu, janganlah berlebih-lebihan dalam memuji dan rendah hatilah ketika engkau dipuji oleh orang lain. Katakan alhamdulillah yang berarti segala puji bagi Allah. Kalimat tahmid ini menyadarkan kita bahwa pujian hanya pantas disanjungkan kepada Allah semata, sementara kita hanyalah makhluk yang hina, tempat segala keburukan dan kesalahan.

2. Seorang multazim (orang yang taat beragama) memiliki pandangan sinis dan telinga yang suka menguping.

Seringkali kita mendapati orang-orang yang pemalas (mengidap penyakit kasal), tidak tergerak untuk beramal, enggan bekerja keras. Pandangannya sinis dan keinginan mereka hanyalah mecari-cari kejelekan orang lain, memburuk-burukkannya, dan membuka aib orang lain. Ia selalu berkomentar pedas dengan sinisnya, seperti mengatakan, “Tidak, tidak. Syaikh Fulan itu bahasanya kurang bagus. Banyak kesalahan dalam menyebutkan atau membacakan dalil.”
Atau ia juga berkomentar, “Ah, syaikh Fulan itu memang membacakan ayat dan hadits, namun lebih baik aku membaca mushaf sendiri saja daripada mendengarkannya, karena iapun tak menjelaskan apa-apa.”
Banyak lagi komentar-komentar senada yang ia lontarkan. Tak ada satupun orang yang bisa membuatnya berpuas hati. Semua orang memiliki kekurangan yang luar biasa dimatanya dan ia tak pernah ridha.
Ia ingin semua orang menjadi sepertinya dan ia ingin semua orang berbalis dibelakangnya mengikuti apa kemauannya. Siapa orang ini? Dimana kedudukannya diantara para ulama? Padahal ia baru saja kemarin sore mempelajari ilmunya, namun lagaknya sudah kepalang tinggi.
Dahulu salah seorang salaf mendatangi majelis ilmu, bersedekah dengan hartanya lalu berdo’a, “Ya Allah, tutuplah kekurangan guruku dari pandanganku. Dan janganlah Engkau hilangkan berkah ilmunya daripadaku.”
Sungguh salah satu sisi positif yang harus diketahui oleh para pelaku dakwah ialah apabila salah seorang diantara mereka menyampaikan dakwah, maka meskipun terdapat kesalahan pada sebagian caranya asalkan tidak menyimpang dari Al-Quran dan assunnah, maka berdo’alah, “Yaa Allah, berilah ia bahasa yang fasih, yaa Allah, berilah ia kekuatan dalam menjelaskan.”
Dimanakah para ikhwah sekarang ini?
Sungguh ilmu adanya ditempat yang tinggi dan mulia yang tak akan mampu dijangkau oleh pemuda sombong semacam ini. Mereka bagaikan banjir yang tak mampu mencapai tempat yang tinggi. Ilmu tak akan mampu dicapai selain dengan mengorbankan jiwa dan raga serta berkhidmat dengan para ulama.
Perumpamaan bagi orang yang selalu berpandangan sinis ialah bagaikan lalat, ia terbang lalu tak akan hinggap kecuali di tempat yang kotor.
Dalam sebuah hadits dhaif yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda (yang artinya):

“Perumpamaan orang yang duduk mendengarkan hikmah kemudian tidak menyampaikannya kepada teman-temannya kecuali hal-hal yang paling buruk yang didengarnya, adalah seperti orang yang mendatangi penggembala lalu berkata –Wahai penggembala, sembelihlah seekor kambingmu untukku!- lalu penggembala itu menjawab –Silakan, ambilah yang terbaik darinya.- Lalu iapun pergi namun justru mengambil anjing yang menjaga kambing gembalaan.” (HR. Ibnu Majah no. 4162 dan Ahmad no. 8425, 9007, 10228), hadits dha’if)

Perumpamaannya seperti orang yang bermajelis lalu ia tidak mengenal kecuali yang terburuk dari apa yang ia dengar dalam majelis itu dan ia tidak mendengar kecuali yang terburuk dari apa yang kemudian ia sampaikan kepada orang lain.
Dalam hadits shahih dikatakan (yang artinya):

“Celakalah bagi para aqmaa’il qaul.” (HR. Bukhari no. 380 dan Ahmad no. 5605 dan 7001, hadits shahih)

Aqmaa’il qaul yakni ialah orang-orang yang masa bodoh dan apabila diberitahu maka akan masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Saudaraku, janganlah kita seperti ayakan, yakni melepas yang baik-baik dan mengumpulkan sampah-sampah.

3. Suka terlibat dalam perselisihan dan gembira apabila melihat kesalahan pihak yang berbeda pendapat dengannya serta mencari-cari masalah baru dan aneh serta pendapat orang-orang yang sudah dikenal menyimpang prinsipnya.

Dalam sebuah syair kuno disebutkan:

Kami punya seorang teman yang gemar berselisih
Banyak bicara dan sedikit benarnya
Lebih bising daripada kumbang
Dan apabila berjalan lebih sombong daripada gagak

Hanya kepada Allah sajalah kita mengadu apabila menghadapi orang semacam ini. Engkau akan mendapati ia begitu amat bersemangat mengorek-ngorek perselisihan dan berusaha untuk memecah belah diantara kaum muslimin. Mengkotak-kotakkan dan menggolong-golongkan kaum muslimin. Lalu pada akhirnya, entah dimana dia berada. Ia menghilang bagaikan debu yang dihembus angin, tidak lagi terlihat keberadaannya dan juga keimanannya.
Pada lain kasus ada pula orang-orang yang menjadi rampasan syaithan. Ia menghinakan dan membodoh-bodohkan dirinya sendiri. Bila dikatakan kepadanya, “Belajarlah!” maka ia akan menjawab, “Aku tak pantas menuntut ilmu, shalatku saja masih bolong-bolong.” Lalu jika dikatakan lagi kepadanya, “ Berdakwahlah kamu kepada tetanggamu dan teman-temanmu!” maka ia akan menjawab, “Aku tak pandai berbicara kepada orang lain.” Demikian ia begitu membuat dirinya tampak bodoh dan mengecilkan dirinya sendiri.
Ia berpengangan pada kemalasan, kelambanan, dan ketidak mampuan. Setan menghinakan dirinya dan menampakkan gambaran padanya bahwa ia tak akan mampu beramal dan tak pantas jadi orang taat. Dampaknya adalah munculnya rasa was-was, khawatir, dan akhirnya menciutlah mentalnya sehingga ia menjadi lemah dan akhirnya jatuh.
Rasulullah saw. bersabda (yang artinya):

“Sesungguhnya sebagian orang ada yang selalu tertinggal dari shaf pertama sehingga Allah membiarkan mereka di belakang dalam neraka.” (HR. Abu Dawud no. 679, hadist shahih)

Demikianlah diantara sebab-sebab timbulnya ghurur dalam hati kita. Sungguh ini adalah penyakit berbahaya yang harus segera kita obati. Maka terapi pengobatan bagi orang yang terkena penyakit ghurur ialah hendaknya ia dekat dengan ulama yang bisa melembutkan hatinya. Hal seperti ini sangat banyak ditemui pada generasi salaf terdahulu. Kemudian hendaklah ia menerima nasihat dari teman-temannya. Hendaklah ia tawadhu’ dan berbaik sangka kepada shahabat-shahabatnya serta berburuk sangka pada dirinya sendiri. Mintalah pada Allah kesembuhan dari penyakit ini dan memohon agar ditampakkan padanya kekurangan-kekurangan dirinya sendiri, sehingga ia akan sibuk mengurus aib dirinya dan tak sempat mengurusi aib orang lain. Hendaklah ia menyadari bahwa seseorang itu akan lemah apabila ia berdiri sendiri, namun akan menjadi kuat dan kokoh apabila ia bergabung dengan jama’ah dalam shaf yang teratur dan rapi. Apabila ia merasa tak pantas melakukan sesuatu untuk agama, maka lakukan sajalah sesuatu, karena sekecil apapun amalah itu akan dapat meninggikan derajatnya disisi Allah SWT dan akan mendapatkan ganjaran kebaikan. Insyaallah.


-Nasihat Muhammad bin Husein Ya’qub dalam kitab Min Asbaab al-Futuur wa ‘Ilaajuhu

Ditulis ulang oleh: Mahib ats-Tsaqib al-Qeis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Komentar