
Pada saat bel pulang berbunyi, seperti biasa mereka beserta para panitia yang lain harus berkumpul untuk melakukan konsolidasi terkait acara yang akan mereka adakan. Si akhwat tampak begitu bersemangat dan bergegas menuju tempat syuro diadakan. Namun sesampainya ia disana, seolah ada pencuri yang diam-diam mengambil senyumnya yang senantiasa mengembang sedari tadi. Ya, ia tak menemukan si ikhwan duduk di shaf bersama ikhwan-ikhwan yang lain. Ada apa gerangan? Telisik punya telisik, ternyata si ikhwan sakit sehingga langsung pulang dan tak dapat mengikuti syuro sore itu. Entah apa kaitannya, si akhwat yang biasanya ‘cerewet’ dan banyak menelurkan ide, mendadak menjadi seorang yang pendiam dan hanya menonton jalannya syuro. Jauh di kedalaman hatinya ada kekecewaan dan kerinduan karena tak bisa mendengarkan suara si ikhwan apatah lagi melihat wajahnya meski sekilas.
Mungkin fenomena-fenomena mirip seperti sepenggal kisah diatas pernah kita alami. Entah kita ikhwan atau akhwat, tapi saya yakin kita pasti pernah berada pada posisi si akhwat dalam kisah diatas. Yah, itulah dia indikasi hati kita sedang merona merah jambu. Dan hal ini adalah suatu keniscayaan yang dialami oleh banyak generasi muda. Pada hakikatnya, rasa panas dingin disertai desiran-desiran aneh yang kita alami setiap berjumpa dengan si dia itu adalah suatu anugerah dari Allah. Allah SWT berfirman :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum : 21)
Ya, rasa suka dan sayang kita terhadap lawan jenis itu adalah fitrah. Namun permasalahan yang sering timbul adalah bagaimana seharusnya kita menyikapi rasa itu?
Banyak orang yang terjebak dalam lingkaran yang membawa kepada kehancuran. Ketika merah jambu hati mereka, mereka berpikir untuk meluapkan itu dengan cara-cara yang sama sekali melanggar ketetapan Allah. Ini disebabkan oleh pengaruh yang ditanamkan oleh orang-orang kafir yang memang punya kebiasaan hidup yang buruk. Coba kita lihat, islam telah mengatur bagaimana tata cara dan menetapkan batasan-batasan pergaulan antara ikhwan dan akhwat yang bukan mahram. Namun munculah hembusan dari kaum kafir untuk melemahkan orang-orang islam, contohnya dalam hal ini adalah kebiasaan berpacaran. Padahal Allah SWT berfirman :
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti ajaran mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah : 120)
Sungguh keras larangan Allah pada kita yang ingin mengikuti kebiasaan kaum kafir dalam kehidupan kita. Maka janganlah kita terjebak dalam kebiasaan mereka termasuk dalam kebiasaan berpacaran untuk menyikapi merah jambunya hati ini.
Lalu, seperti apa sikap yang seharusnya kita tunjukkan ketika rasa ini melanda hati? Apakah kita harus memusnahkannya sama sekali? Bukan begitu saudaraku. Rasa sayang yang tumbuh itu adalah suatu sifat manusiawi yang kesemuanya itu adalah karena kasih sayang Allah. Maka jangan bunuh rasa itu, tapi binalah ia dalam keimanan terhadap Allah. Janganlah kita menolak rahmat dari Allah itu, tapi jangan pula kita terbujuk rayu syaitan yang mengajak kepada kemudharatan.
Dilema? Ya, karena kita belum memahami ilmunya. Sesungguhnya agama kita telah menetapkan batasan yang kesemuanya itu adalah untuk kebaikan kita agar kita tak terjebak dalam dilema ini ataupun maksiat yang bisa saja terjadi karena kesalahan penyikapan. Sungguh telah ada batasan-batasan antara laki-laki dan perempuan agar hati kita tak mudah membuka pintu bagi syaitan yang akan menjerumuskan kita melalui jebakan syahwat.
Sebagaimana kita tahu bahwa timbulnya merah jambu itu ialah karena intensnya kita berjumpa dan berkomunikasi dengan si dia. Padahal dalam batasan syariat, tidak dibenarkan seorang laki-laki dan perempuan saling berkomunikasi intens kecuali dalam beberapa hal :
1. Muamalat Maliyyah (urusan harta)
Perempuan dibenarkan bergaul dengan laki-laki dalam urusan yang melibatkan harta seperti jual beli atau transaksi lain. Ini adalah karena urusan semacam ini memerlukan interaksi antara dua pihak sebelum berlaku aqad.
2. Kesaksian (urusan mahkamah)
Kesaksian wanita diterima dalam syariat, di dalam kasus-kasus tertentu seperti dalam kasus harta dan sebagainya apabila kesaksiannya memang dibutuhkan.
3. Majlis Tholabul ‘ilmi (forum keilmuan)
Komunikasi antara laki-laki dan perempuan dalam rangka transfer ilmu yang bermanfaat dan menyampaikan kebaikan dalam majelis-majelis yang ramai.
4. Urusan Pekerjaan
Apabila seorang perempuan bekerja (tentu atas izin suami atau orang tua/wali) maka ia terkadang dituntut harus berkomunikasi dengan rekan kerja yang laki-laki. Maka komunikasi antara perempuan dan laki-laki dalam hal ini diperbolehkan namun hanya sebatas pekerjaan itu, tak boleh lebih dari itu.
5. Pernikahan
Komunikasi antara laki-laki dan perempuan diperbolehkan dalam rangka menuju pernikahan sesuai dengan hukum syariat yang berlaku.
6. Melayani tamu
Harus bagi seorang perempuan untuk melayani tamunya dengan syarat ia harus ditemani oleh suami atau mahramnya. Ini karena hadirnya suami atau mahramnya ialah untuk menghindari terjadinya khalwat (bersunyi-sunyian) antara seseorang wanita dengan tamunya. Demikian juga harus bagi seorang wanita untuk makan bersama tamunya dengan kehadiran suami atau mahramnya guna menjaga hak-hak tamu.
7. Urusan pemerintahan
Seorang laki-laki ataupun perempuan boleh saling berkomunikasi seputar pemerintahan dan kemashlahatan ummat. Seperti kritikan, usulan, dan lain hal sebagainya terbatas hanya kepada urusan pemerintahan saja. Tak lebih dari itu.
Meskipun telah diperbolehkan dalam ketujuh hal diatas, namun tetap ada batasan yang mengatur bagaimana hal-hal yang diperbolehkan itu ketika ia harus terjadi. Yakni :
- Haruslah menutup aurat.
- Tidak saling bersentuhan antara laki-laki ajnabi dengan perempuan ajnabiyah.
- Tidak berdua-duaan (ada mahram bagi perempuan) terutama di tempat sunyi bahkan gelap.
- Tidak berbicara dengan nada suara yang dapat menimbulkan syahwat dan hendaklah berbicara yang ma’ruf.
- Menyudahi pertemuan dan pembicaraan ketika ia telah melenceng dari tujuan awal.
- Tidak melihat lawan bicara dengan memperhatikannya yang dapat menimbulkan pemikiran-pemikiran buruk yang berasal dari bisikan syaitan.
- Tidak bertingkah laku yang dapat menimbulkan syahwat.
Demikian Islam mengatur pergaulan antara laki-laki dan perempuan.
Tentu apabila kita taati dan kita aplikasikan dalam kehidupan kita, kita dapat terhindar dari wabah merah jambu yang menyengsarakan hati itu. Karena pada dasarnya, merah jambunya hati itu karena pelanggaran terhadap aturan-aturan diatas. Allah sungguh mengetahui seperti apa makhluknya, maka tentu Allah telah memberi peraturan terbaik untuk kita agar kita mendapatkan kebaikan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Mungkin antum berpikir, itu tadi kan teorinya, sedangkan sekarang hati ini sudah terlanjur merona. Bagaimana solusinya untuk kembali memutihkan hati ini tanpa harus membunuhnya? Ya, bagi antum yang sedang dilemma tingkat tinggi akibat ulah hati yang merona, maka ana akan coba membantu dengan tips berikut ini :
1. Ujilah kemurnian merah jambu dalam hati anda tersebut.
Kalau ana melakukannya dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan kepada hati nurani ana. Pertanyaan itu adalah, “Apa tujuan ana menyukainya? Tuluskah ana sayang padanya?” Biasanya jika hati antum tulus, maka ia akan dengan sendirinya menjawab, “YA, ana tulus sayang padanya.” Namun jika tidak, yakinlah hati nurani antum akan menjawab dengan sendirinya, “TIDAK, ana menyukainya hanya karena hawa nafsu.” Jika hati antum menjawab YA, maka ujilah lagi kemurniannya dengan pertanyaan, “Apakah ana siap menikahinya?” Bila merah jambu itu murni maka hati akan menjawab, “YA, ana siap menikah dengannya.”, namun bila tidak, maka hati akan dengan sendirinya menjawab, “TIDAK, sungguh ana hanya kagum dengan rupanya saja dan ana hanya ingin memiliki jasadnya tak lebih dari itu.”, atau dengan jawaban yang sama TIDAK, tapi dengan berbagai alasan yang lain. Apabila hati anda menjawab YA, maka dekatilah ia dengan kaidah syar’i untuk melangsungkan munakahat. Namun jika hati antum menjawab TIDAK, maka tahanlah diri antum dan berpuasalah serta lakukan tips berikutnya.
2. Ikhlaskan diri karena Allah.
Ikhlaskanlah semua yang antum kerjakan hanya karena Allah SWT. Landaskan niatan antum untuk beribadah kepada Allah dan yakinlah Allah akan memberikan yang terbaik untuk antum pada masanya nan indah kelak.
3. Sibukkan diri dengan kegiatan bermanfaat.
Banyaknya menganggur secara psikologis akan membuka peluang lamunan lebih besar. Dan lamunan adalah salah satu pintu syaitan untuk menjerumuskan antum kepada lembah maksiat. Syaitan akan memasukkan pikiran-pikiran yang dapat membuat antum condong kepada maksiat. Maka sibukkanlah diri dengan berbagai kegiatan bermanfaat dan perbanyaklah ibadah serat dzikir kepada Allah di waktu senggang, sehingga tiada celah syaitan untuk mengajak antum kepada hal yang dapat membuat semakin merah jambunya hati antum.
4. Jauhi musik, film, dan buku yang bercerita tentang cinta dan ekspresinya yang tak sesuai dengan kaidah syar’i.
Tanpa antum sadari bahwa mendengar, melihat, ataupun membaca hal-hal semacam itu dapat menimbulkan dorongan syahwat bagi antum yang berakibat semakin meronanya merah jambu di hati antum. Antum jadi membayangkan kisah yang disampaikan melalui musik, film, ataupun buku itu terjadi pada antum dan si dia, sehingga hal ini berakibat pada hati antum yang semakin termotivasi untuk mengekspresikan rasa sayang antum sebagaimana yang antum simak dalam tampilan tersebut, dimana kebanyakan dari tampilan seperti itu pada masa sekarang ini adalah adaptasi dari kebiasaan yahudi
5. Jagalah pandangan.
Mata adalah salah satu target panah syaitan. Dengan menjaganya, maka kita telah berhasil meminimalisir peluang syaitan untuk memanfaatkan merah jambunya hati kita menuju kemaksiatan. Dengan menjaga pandanganpun hati kita akan kembali putih, tanpa kita harus menyakiti perasaan kita dengan memaksa memendamnya. Cukup dengan menahan diri melalui menjaga pandangan saja, maka hal ini sudah efektif untuk menjaga hati kita agar tak terjerumus dalam jebakan syahwat.
6. Banyaklah berkumpul dengan orang shaleh.
Berkumpul dengan orang-orang yang senantiasa mengingat Allah adalah salah satu penawar hati. Dengan mendekat pada mereka, maka kita akan senantiasa diingatkan dan didekatkan kepada Allah. Dengan mendekat pada mereka, kita juga akan mendapatkan banyak ilmu yang bermanfaat dalam kehidupan kita. Sehingga kita akan lebih terjaga dan kita dapat membina merah jambunya hati ini sebagai motivasi keimanan kepada Allah, bukan sebagai modal maksiat kepada Allah.
Itulah solusi yang ana sarankan kepada antum yang hatinya sedang merona merah jambu. Mengapa harus merah jambu? Jangan salahkan warnanya karena ia adalah karunia dari Allah. Tapi bingkailah penyikapannya dengan keislaman. Karena Allah itu Maha Baik, tak akan memberi dan menerima kecuali yang baik-baik.
Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah. Dijauhkan dari bujuk rayu syaitan laknatullah. Dan semoga kita semua senantiasa mampu membina hati ini dalam indahnya iman. Amin ya Rabbal ’alamin.
~M.T.Q~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Komentar