Mohon Maaf Kepada Seluruh Pembaca, Karena Kesibukan Admin Blog Ini Jadi Jarang Update. Insyaallah Kedepannya Akan Lebih Sering Update Demi Kelangsungan Dakwah.
________________

Rabu, 22 Desember 2010

Ibu, Perjuanganmu Yang Mulia

Hari ini 22 Desember 2010, suatu hari yang indah. Dikota tempat saya menulis artikel inipun, entah mengapa hari ini jadi begitu cerah. Padahal biasanya tiada hari tanpa hujan yang deras diiringi padam listrik. Tampaknya sang mentari tak hendak melewatkan hari ini karena 22 Desember adalah peringatan Hari Ibu secara Nasional.

Hari ibu, sayapun sebenarnya tak begitu hapal bahwa ternyata ia diperingati pada tanggal 22 Desember. Tapi untungnya saya agak hobi baca berita, jadi lumayan tidak ketinggalan info. Mengetahui bahwa ternyata hari ibu jatuh pada hari ini, tentu saya tak melewatkan kesempatan untuk mengucapkan selamat hari ibu kepada ibunda saya tercinta. Saya yakin pembaca semua juga demikian.

Berbagai media komunikasi sontak dipenuhi dengan beragam kata yang menggambarkan ucapan terima kasih sang anak kepada ibunya. Mulai dari bicara langsung, sms, telepon, bahkan sampai situs-situs jejaring sosial juga dipenuhi ucapan selamat hari ibu walaupun belum tentu juga ibunya akan membaca tulisan anaknya di situs tersebut (harap maklum, tidak semua ibu mempunyai skill teknologi yang sama dengan anaknya. Hehehe…). Tapi inilah luapan ekspresi sang anak yang begitu bahagia mempunyai ibu yang amat menyayanginya.

Ibu adalah sosok pahlawan dimata anaknya. Ibu yang berjuang melahirkan kita ke dunia bahkan dengan taruhan nyawa. Ibu selalu memberi yang terbaik untuk kita, bahkan ketika kita berteriak menangis di tengah malam karena kehausan ibu langsung terjaga dan siap menenangkan kita. Ibu yang rela tak tidur semalam suntuk demi menjamin tak ada seekor nyamukpun yang hinggap dan mengusik lelap kita. Disaat kita tumbuh dewasa, ibu mulai mengajarkan kemandirian pada kita. Dengan segala nasihat dan didikannya, kita dibentuk menjadi pribadi tangguh yang selalu hormat pada orang tua. Ya, kita lihat saja berapa banyak orang sukses yang tidak hormat pada ibunya? Tidak ada! Karena keridhoan ibu adalah kunci kesuksesan kita. Itulah ibu, sosok ajaib yang amat besar pengaruhnya dalam kehidupan kita.

Islam sendiri menempatkan ibu pada derajat yang amat mulia. Hadits riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: “Seseorang datang menghadap Rasulullah saw. dan bertanya: Siapakah manusia yang paling berhak untuk aku pergauli dengan baik? Rasulullah saw. menjawab: Ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab: Kemudian Ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab: Kemudian Ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab lagi: Kemudian ayahmu.” (Shahih Muslim No.4621). Demikian Rasulullah saw. mengajarkan bahwa ibu adalah seseorang yang paling berhak untuk kita pergauli dengan baik. Hal tersebut memang wajar, bahkan seharusnya belum setimpal dengan perjuangan ibu dalam mendidik dan membesarkan kita.

Sebagaimana yang saya singgung diatas, perjuangan ibu tidaklah mudah. Bila kita runut, mulai dari masa kehamilan, ibu selalu membawa beban di kandungannya kemana-mana. Sesungguhnya menjadi seperti itu amatlah merepotkan bahkan menyusahkan, tapi karena Allah telah menjadikan lembut hati setiap ibu, maka ibu justru menyayangi dan merawat kandungannya. Setelah tiba masanya, maka ibu berjuang melahirkan kita ke dunia. Bukan main-main, taruhannya nyawa. Tapi ibu tak pernah takut menghadapi resiko maut itu, yang ada dipikirannya hanya keselamatan kita. Rasulullah saw. bersabda: “Syuhada’ (orang-orang mati syahid) yang selain terbunuh di jalan Allah itu ada tujuh: Korban wabah tha’un adalah syahid, mati tenggelam adalah syahid, penderita penyakit lambung (semacam liver) adalah syahid, mati karena penyakit perut adalah syahid, korban kebakaran adalah syahid, yang mati tertimpa reruntuhan adalah syahid, dan seorang wanita yang meninggal karena melahirkan adalah syahid.” (HR. Malik, Ahmad, Abu Dawud, dan al-nasai, juga Ibnu Majah. Berkata Syu’aib Al Arnauth: hadits shahih). Inilah penghargaan Islam terhadap para ibu yang berjuang melahirkan anaknya meski harus mengorbankan nyawa. Subhanallah, betapa dahsyatnya perjuangan ibu.

Tak hanya sampai disitu, setelah melahirkan anaknya, para ibu yang diberi umur oleh Allah harus memanfaatkan itu untuk membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Mulai dari kita bayi, ibu yang selalu mengurusi kita, memandikan; menyuapi makan; menggantikan pakaian; dan yang pasti menyusukan anaknya menjadi rutinitas harian. Bukan tak lelah, bahkan remuk redam rasanya tubuh ibu karena tak hentinya mengurusi kita. Disiang harinya harus mengawasi kita bermain, sedang dimalam harinya harus menjaga kita agar terus terlelap tenang tanpa terusik sedikitpun. Tak jarang ibu baru saja ternyenyak lalu tersentak bangun mendengar tangisan kita yang kehausan di tengah malam, atau karena kita baru saja mengompol, dan banyak lagi alasan kita untuk mengganggu istirahat ibu di tengah malam. Tak sadarkah kita sekarang, betapa banyak jam istirahat ibu yang kita sita? Tapi ibu tak pernah protes. Ibu selalu mengurusi kita dengan telaten dan sabar. Harapannya kelak kita bisa menjadi anak yang sholeh dan berbakti.

Saat kita memasuki usia sekolah, ibu mulai mengajarkan kemandirian pada kita. Mulai dari mengantarkan kita di hari pertama sekolah, menunggui kita hingga bel pulang berbunyi. Namun di hari-hari berikutnya, ibu tidak lagi terus menunggui kita. Mengetahui ibu meninggalkan kita sendirian di sekolah, kitapun menangis dan marah pada ibu. Kita menuduh ibu jahat karena meninggalkan kita, tapi tahukah kita yang sebenarnya bahwa ibupun amat berat melakukan itu. Semacam ada sesuatu yang menghambat kakinya melangkah meninggalkan kita sendirian di sekolah, kekhawatiran dan rasa cemasnya memuncak. Tapi ibu harus lakukan itu, ibu tak boleh membiarkan kita menjadi anak yang manja.

Ketika kita mulai terbiasa ditinggal ibu di sekolahan, suatu hari ibu ingin mengantarkan kita hingga ke gerbang sekolah. Apa yang kita lakukan? Kita justru malu diantarkan ibu, dan kitapun melarangnya bahkan menyuruhnya cepat pulang. Hari penerimaan rapor tiba, ibu datang ke sekolah dengan senangnya ingin melihat hasil belajar kita. Tapi apa lagi yang kita lakukan? Kita justru menepis gandengan tangan ibu dan berjalan agak menjauh, seolah malu membawa ibu ke sekolah? Ada apa dengan kita? Tak tahukah kita betapa tersayatnya hati ibu melihat sikap kita yang seperti itu?

Setelah lulus SMA, kita pun bermimpi ingin meraih cita-cita dengan berkuliah di perguruan tinggi ternama yang berada di luar kota. Kitapun mengikuti tes masuk dan diterima di perguruan tinggi yang berada di luar kota tersebut. Ketika pulang ke rumah, kita memberitakannya kepada ibu. Reaksi ibu jelas sedih, karena ia membayangkan akan berpisah dengan anak kesayangannya. Ibupun sekedar mencoba meluapkan isi hatinya. “Nak, mengapa harus jauh-jauh? Yang dekat kan juga ada.”, tapi apa respon kita? Justru kita mengatai-nya kampungan dan over protective karena tak mau melepas kita.

Ketika tiba saat keberangkatan kita ke kota tempat kita akan berkuliah, sedih rasanya hati ibu melepas kita. Jauh beratus-ratus kali lipat sedihnya dibandingkan ketika dulu pertama kali ia meninggalkan kita sendirian di sekolah. Ibu tak kuasa menahan air matanya. Dipeluknya erat tubuh kita, tapi kita hanya ingin cepat lepas dari pelukannya. Diberinya kita nasihat, tapi kita hanya mengangguk agar ia cepat selesai bicara. Nasihatnya hanya kita anggap angin lalu.

Selama masa perkuliahan, kita seolah lupa dengan ibu. Padahal dirumah, ibu selalu memikirkan dan mendoakan kesuksesan kita. Berharap kita selalu diberi kesehatan oleh Allah dan dijauhkan dari segala marabahaya. Itulah ibu, ketulusannya tiada tertanding. Selalu memberi meski tak pernah menerima.

Setelah wisuda, kitapun bekerja dan berkeluarga. Pilihan tempat kerja lagi-lagi diluar kota yang jauh dari ibu. Selama itu, berapa kali kita menjenguk ibu. Padahal ibu kian menanggung rindu pada kita. Disaat ibu sudah sakit-sakitan dan butuh bantuan kita, kita selalu saja beralasan sibuk dengan urusan ini dan itu. Lupakah kita dengan semua pengorbanan ibu selama kita hidup?

Sungguh kita tak bisa dan tak akan pernah bisa membalas jasa ibu. Bahkan tak perlu seluruh jasanya, membeli air susu ibu yang telah menjadi darah daging di tubuh kitapun kita tak sanggup meski hanya setetes. Sungguh mulia perjuangan ibu, maka dari itu hargai dan hormatilah ibu.

Firman Allah dalam al-Qur’an: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Israa’: 23)

Demikian Allah memerintahkan kita berlaku sopan santun dan lemah lembut pada kedua orang tua kita termasuk ibu. Rasulullah saw. bersabda: “Jangan mengabaikan (membenci dan menjauhi) orang tuamu. Barangsiapa mengabaikan orang tuanya maka dia kafir.” (HR. Muslim). Kafir yang dimaksud disini adalah kufur nikmat. Jelaslah orang yang menyia-nyiakan kedua orang tuanya termasuk ibu adalah orang yang kufur, karena bagaimana mungkin ia dapat menjadi seperti sekarang jika tanpa kasih sayang Allah SWT melalui kedua orang tuanya? Maka dari itu, cara mensyukuri nikmat tersebut adalah dengan berbakti kepada kedua orang tua.

Marilah kembali kita mengingat pengorbanan dan perjuangan ibu yang mulia. Bagaimanapun ibu kita adalah orang yang paling berjasa dalam hidup kita. Bagaimanapun juga, hati ibu pastilah sangat menyayangi anaknya. Lalu bagaimana dengan kita? Sudahkah kita berbakti dan mendoakan ibu kita? Adanya momen hari ibu sesungguhnya bisa menjadi peringatan bagi kita akan perlakuan kita terhadap ibu. Jadikan momen ini sebagai muhassabah yang tak hanya dimulut saja. Jika kita memang masih berlaku buruk kepada ibu kita, bertaubatlah sedari sekarang. Karena Rasulullah saw. juga bersabda: “Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan murka Allah pun terletak pada murka kedua orang tua.” (HR. Al Hakim).

Mari kita doakan, semoga Allah SWT meninggikan derajat ibu kita, kedua orang tua kita. Semoga Allah senantiasa melimpahkan karunia, rahmat, serta kasih sayang-Nya kepada ibu kita. Ibu, kami anakmu sangat menyayangimu. Maafkan kami jika masih punya banyak kekurangan. Berilah kami kesempatan menjadi anak yang terbaik bagimu. Kami akan berusaha. Insyaallah.

SELAMAT HARI IBU, SEMOGA ALLAH MEMBERKAHI PARA IBU DARI UMAT-UMAT TERMULIA-UMAT ISLAM DI SELURUH DUNIA. AMIN ALLAHUMMA AMIN.

~M.T.Q~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Komentar