Mohon Maaf Kepada Seluruh Pembaca, Karena Kesibukan Admin Blog Ini Jadi Jarang Update. Insyaallah Kedepannya Akan Lebih Sering Update Demi Kelangsungan Dakwah.
________________

Selasa, 07 Desember 2010

Muharram dan Pemuda

Keutamaan Muharram
Segala puji bagi Allah Rabbul ‘alamin yang masih memberikan kita nikmat tiada terkira hingga kita masih disampaikan umur ke dalam bulan Muharram nan mulia. Shalawat beserta salam selalu kita curahkan kepada teladan kita yakni Muhammad saw. Semoga kita tergolong umat beliau yang mendapatkan syafaat. Betapa bahagianya kita memasuki bulan Muharram, salah satu diantara 4 bulan yang diharamkan Allah. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. at-Taubah [8]: 36)

Ibnu Rajab mengatakan,”Allah Ta’ala menjelaskan bahwa sejak penciptaan langit dan bumi, penciptaan malam dan siang, keduanya akan berputar di orbitnya. Allah pun menciptakan matahari, bulan dan bintang lalu menjadikan matahari dan bulan berputar pada orbitnya. Dari situ muncullah cahaya matahari dan juga rembulan. Sejak itu, Allah menjadikan satu tahun menjadi dua belas bulan sesuai dengan munculnya hilal. Satu tahun dalam syariat Islam dihitung berdasarkan perpuataran dan munculnya bulan, bukan dihitung berdasarkan perputaran matahari sebagaimana yang dilakukan oleh Ahli Kitab.” (Latho-if Al Ma’arif, 202)

Dari Abu Bakrah, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: ”Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhar yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679)

Berdasarkan hadits tersebut maka jelaslah bahwa bulan Muharram adalah salah satu diantara 4 bulan-bulan haram yang dimuliakan, yang mana Al Qodhi Abu Ya’la rahimahullah mengatakan: ”Dinamakan bulan haram karena dua makna. Pertama, pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian. Kedua, pada bulan tersebut larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena mulianya bulan tersebut. Demikian pula pada saat itu sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan.” (Lihat Zaadul Maysir, tafsir surat At Taubah ayat 36)

Pada bulan Muharram banyak terjadi peristiwa dan juga amalan sunnah untuk kita kerjakan. Diantara peristiwa itu adalah pada hari ketiga bulan Muharram ialah hari dimana Nabi Yusuf a.s. dibebaskan dari penjara dan hari kesepuluh adalah hari dimana umat Nabi Musa a.s. lepas dari kejaran Fir’aun yang tenggelam di laut merah, pada hari kesepuluh pula cucu Rasulullah saw. syahid di padang Karbala. Sedangkan untuk amalannya, pada bulan ini Rasulullah saw. bersabda: “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah Muharram. Dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim). Yang dimaksud puasa di bulan Muharram ialah berpuasa pada tanggal 10 Muharram atau biasa disebut hari asyura’. Ibnu Abbas menyatakan : "Saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa pada suatu hari karena ingin mengejar keutamaannya selain hari ini (Asyura') dan tidak pada suatu bulan selain bulan ini (maksudnya: Ramadhan)." (HR. al-Bukhari [2006], Muslim [1132]). Rasulullah juga tak hanya mengajarkan untuk berpuasa pada tanggal 10 saja, namun juga pada hari sebelumnya atau pada tanggal 9 Muharram untuk membedakan dengan puasa orang-orang yahudi dan nasrani. Dalam hadits dari Ibnu Abbas disebutkan bahwa para sahabat berkata kepada Rasulullah saw.: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Asyura' itu hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani", maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tahun depan insyaallah kita akan puasa (juga) pada hari yang kesembilan." (HR. Muslim [1134]). Namun di tahun berikutnya ternyata Allah telah mewafatkan beliau sehingga belum sempat untuk melaksanakannya.

Inilah bulan mulia bulan Muharram. Adalah bulan penuh sejarah dan ada amalan sunnah yang khusus yakni puasa asyura’ yang mana barangsiapa yang mengerjakannya maka akan dihapuskanlah segala dosanya selama setahun yang lalu sebagaimana sabda Rasulullah saw. ditanya tentang puasa asyura’, maka beliau menjawab: "Ia menghapuskan dosa tahun yang lalu." (HR. Muslim [1162], Ahmad 5/296, 297). Mengapa kita tidak mengejar fadhilah ini? Bukankah kita tidak mengetahui kapan ajal kan menjemput? Maka mari manfaatkan sisa umur yang ada untuk senantiasa beribadah kepada Allah SWT dan menjadikan diri sebagai umat Muhammad saw. yang senantiasa mengerjakan segala sunnahnya dan menjauhi perkara bid’ah.

Muharram dan Pemuda
Muharram sebagai bulan pertama dan perhitungan kalender Hijriyah jangan kita jadikan sebagai bulan biasa. Bahkan Allah menjadikan Muharram sebagai salah satu dari 4 bulan haram, maka bagaimana dengan kita? Masihkah kita menyiakan kedatangan Muharram dan membiarkannya berlalu begitu saja? Katakan tidak!

Melangkah masuk ke awal Muharram berarti juga melangkah masuk ke tahun yang baru. Maka moment ini sangatlah pas untuk dijadikan moment kebangkitan. Ya, jadikan Muharram sebagai moment kebangkitan, perbaikan, dan perubahan. Berbicara tentang ketiga hal ini –yakni kebangkitan, perbaikan, dan perubahan- kita dapat menjurus kepada sesosok pribadi yang dipandang mampu mewujudkan ketiganya sekaligus. Ya, merekalah para pemuda. Lalu apa kaitan pemuda dan Muharram?

Pemuda sebagai agent of change (agen perubahan) tentu memiliki kapasitas untuk bangkit, baik, dan berubah. Bukankah kita lihat keterpurukan terjadi disekitar kita sekarang ini? Baik di Negara kita, maupun di Agama kita. Mulai dari kasus korupsi, suap, manipulasi, dan segala macam bentuk tipu-tipu para aktor di panggung politik, terlebih lagi jika kita juga berbicara bagaimana fitnah yang sedang menyerang Agama kita, Islam yang mulia ini.

Ini semua harus dihentikan! Dan sekaranglah moment yang tepat. Bukankah Allah juga memberi kita kesempatan untuk ‘membuka lembaran baru’ dengan menghapus dosa kita setahun yang lalu jika kita berpuasa asyura’? Maka mari pula kita buka lembaran baru episode perjalanan bangsa dan Agama ini. Cukuplah semua kekusutan yang terjadi selama ini. Pemuda sebagai pondasi umat harus bisa melakukan sesuatu di tahun yang baru ini. Allah SWT berfirman: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 11). Maka kapan kita akan berubah jika kita tidak mulai berubah mulai dari saat ini?

Jika kita perhatikan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada bulan Muharram dimasa yang lalu, yakni dimana Nabi Yusuf a.s. dibebaskan dari penjara, dimana umat Nabi Musa a.s. lepas dari kejaran Fir’aun yang tenggelam di laut merah, dimana Husein cucu Rasulullah saw. syahid di padang Karbala, semua kejadian ini menggambarkan perjuangan menuju perbaikan. Kesemuanya itu adalah peristiwa-peristiwa dahsyat sebagai dampak dari sebuah pertentangan terhadap kebatilan. Berapa banyak dari kita yang berani mengulang sejarah itu?

Jika dahulu bulan Muharram dihiasi dengan peristiwa-peristiwa perjuangan, maka bagaimana dengan Muharram hari ini? Masihkah kita terlarut dalam hedonisme yang tak berkesudahan? Atau terfokus pada kesyirikan yang tak kunjung membuahkan keberkahan, justru azab yang ditimpakan.

Untuk melakukan kesemuanya itu butuh penggerak, ialah para pemuda. Maka pantaslah jika pemuda diberi jargon sebagai ‘Pilar Kebangkitan Umat’, karena memang besar harapan umat pada para pemuda. Maka lakukanlah yang terbaik yang kita bisa di masa muda kita. Jika kita sebagai pelajar atau mahasiswa, maka apa yang bisa kita sumbangkan untuk perbaikan di moment Muharram ini? Atau jika kita sebagai pekerja, maka sumbangsih apa pula yang mampu kita berikan untuk moment kebangkitan di bulan Muharram ini? Seharusnya pertanyaan seperti inilah yang senantiasa timbul di jiwa-jiwa kritis para pemuda, diikuti dengan action.

Janganlah lagi kita hanya memandang masa muda sebagai masanya bersenang-senang. Abdullah bin Mas’ud ra. Bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Tidak akan beranjak kaki anak Adam pada Hari Kiamat dari sisi Rabbnya sampai dia ditanya tentang 5 (perkara) : Tentang umurnya dimana dia habiskan, tentang masa mudanya dimana dia usangkan, tentang hartanya dari mana dia mendapatkannya dan kemana dia keluarkan dan tentang apa yang telah dia amalkan dari ilmunya”. (HR. At-Tirmidzi)

Ya, masa muda ini akan kita pertanggung-jawabkan di hadapan Allah SWT kelak. Lalu apa yang bisa kita jawab jika kita hanya bermain-main saja dan justru menjauh dari Allah? Maka marilah kita ceburkan diri kita para pemuda kedalam perjuangan menegakkan kalimatullah untuk kebangkitan, perbaikan, dan perubahan kondisi bangsa dan Agama ini di moment Muharram yang mulia ini. Laksanakan terus amalan-amalan ibadah sambil terus istiqamah meniti jalan Islam yang mulia menuju jannah. Semoga Allah meridhai setiap langkah. Amin.


~M.T.Q~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Komentar